Wisata Budaya
Dusun Balitung
Dusun Balitung berada di Desa Pelepak Putih Kecamatan Sijuk 38 Km dari
Kota Tanjungpandan. Penduduk yang tinggal di dusun ini merupakan warga
transmigrasi Bali. Seiring dengan berjalannya waktu, tempat beserta
warganya telah mewarnai daya tarik wisata, khususnya keberagaman seni
budaya di Kabupaten Belitung.
Warganya yang bersahaja dan ramah lalu
cepat membaur dengan penduduk pribumi hal inimerupakan modal utama yang
dibutuhkan Pemerintah Kabupaten Belitung sebagai syarat tumbuh dan
berkembangnya destinasi wisata di wilayah Kecamatan Sijuk ini. Karena
penduduknya mayoritas beragama Hindu, maka tradisi dan adat istiadat
yang berlaku tentu banyak dipengaruhi oleh napas Kehidupan Hindu. Hal
ini tampak dalam berbagai kegiatan di masyarakatnya, seperti
memperingati upacara-upacara adat, Hari Raya Galungan, Hari Raya Nyepi,
Kuningan, Saraswati dan hari keagamaan lainnnya.
Kehidupan budaya masyarakat dan pola penataan pemukimannya masih tetap
melestarikan budaya dan arsitektur tradisional, kental dengan konsep
dewata dan identik dengan daerah asalnya Bali seperti bentuk bangunan
rumah, pure-pure yang tertata apik serta kehidupan berkesenian yang tak
dapat lepas dari warganya.
Maras Taun
Maras Taun berasal dari kata "maras" yang artinya Memendekan. Sedangkan
"Taun" berasal dari kata Tahun. Maras Taun diadakan setahun sekali oleh
masyarakat desa di Belitung sebagai wujud rasa syukur setelah melewati
musim panen padi. Maras Taun merupakan pertanggungjawaban dukun kampung
kepada masyarakat. Ritual utama dalam acara Maras taun adalah : Doa
awal, tepong tawar, dan doa akhir atau penutup.
Beripat Beregong
Beripat merupakan jenis kesenian pertunjukan, dan beregong yang diambil
dari kata "Gong" adalah nama alat musiknya. kedua kesenian ini tidak
dapat dipisahkan satu dengan yang lain. beregong tanpa beripat tidak
komplit dan sebaliknya.
Beripat itu bisa dikatakan jenis olahraga bela diri dengan menggunakan senjata rotan bagi sepasang pemain. masing masing pemain mengandalkan keahlian menangkis dan memukul lawan dengan sabetan rotan. untuk dapat menentukan yang kalah dan yang menang dapat diketahui melalui jumlah luka di tubuh pemain. walau demikian, pada akhir pertunjukan tidak memunculkan rasa dendam satu dengan yang lainnya. pertunjukan beripat dimulai dengan bunyi bunyian dari peralatan musik beregong yang dibunyikan secara serentak.
Namun demikian kesenian rakyat beripat itu tidak hanya semalam, terkadang tujuh hari tujuh malam tergantung kondisi dari kemampuan ekonomi dan minat penyelenggaranya karena pelaksanaannya menelan biaya yang relatif sangat besar.
Beripat itu bisa dikatakan jenis olahraga bela diri dengan menggunakan senjata rotan bagi sepasang pemain. masing masing pemain mengandalkan keahlian menangkis dan memukul lawan dengan sabetan rotan. untuk dapat menentukan yang kalah dan yang menang dapat diketahui melalui jumlah luka di tubuh pemain. walau demikian, pada akhir pertunjukan tidak memunculkan rasa dendam satu dengan yang lainnya. pertunjukan beripat dimulai dengan bunyi bunyian dari peralatan musik beregong yang dibunyikan secara serentak.
Namun demikian kesenian rakyat beripat itu tidak hanya semalam, terkadang tujuh hari tujuh malam tergantung kondisi dari kemampuan ekonomi dan minat penyelenggaranya karena pelaksanaannya menelan biaya yang relatif sangat besar.
Lesong Panjang
Lesong Panjang adalah nama dari alat dan permainan itu sendiri. Biasanya
dimainkan pada saat musim panen padi tiba. Alat utamanya adalah sebuah
lesong terbuat dari kayu pilihan yang bersuara keras dan jernih. Panjang
lesong bervariasi antara 1-1,5 meter dengan diameter 25cm-30cm. Alat
untuk memukul lesong dinamakan "Alu" dan panjang bervariasi dari 75 cm
hingga 120 cm dengan diameter 4 cm hingga 6 cm. Lesong dibuat dalam
berbagai model dan ukuran sesuai dengan selera pemain.
Dul Mulok
Dul Mulok merupakan kesenian tradisional yang berasal dari desa kembiri
yaitu pentas drama atau sejenis opera yang mana sumber ceritanya
berasal dari Syaer (syair) lama diantaranya Syaer Siti zubaida, Syaer
Juragan Budiman, Syaer Mabi dan Syaer Abdul Mulok yang merupakan cikal
bakal terjadinya kesenian ini. Alat-alat yang digunakan dalam kesenian
ini meliputi satu buah gendang panjang dan satu buah piul atau lebih
dikenal dengan sebutan biola.
Asal mula kesenian Dul Mulok berawal dari ide seseorang yang pandai dalam Besaer yaitu Tok Juhek yaitu sekitar era tahun 1940-an, beliau sangat mahir dan fasih dalam urusan besaer sehingga beliau berkeinginan untuk menuangkan isi Syaer tersebut kedalam sebuah dramam kemudian beliau mengumpulkan sanak sanak saudara serta sahabat-sahabatnya untuk menyampaikan ide tersebut dan kemudian ide beliau disambut dengan antusias oleh mereka. Kemudian Tok Juhek bersama dengan saudaranya melatih para pemain sehingga jadilah kesenian drama ini, pada awalnya pemainnya mencapai 60 orang dan cerita yang pertama kali dibawakan yaitu cerita Abdul Mulok sehingga melekatlah nama tersebut sampai dengan saat ini.
Pada perkembangan selanjutnya dul Mulok dikembangkan ke Desa Parang Bulo yang dibawah oleh anak dari Tok Juhek yaitu Kek Lang sementara di Kembiri Dul Mulok dikembangkan oleh Kek Narek yang merupakan anak dari Tok Juhek juga dan secara tuurun temurun kesenian ini terus dilestarikan oelh anak cucu Tok Juhek, Sekarang ini Dul Mulok dipimpin oleh Pak Sar'ie yang dibantu oleh adiknya yaitu Ramdani sebagai sutradara.
Museum Pemkab Belitung
Asal mula kesenian Dul Mulok berawal dari ide seseorang yang pandai dalam Besaer yaitu Tok Juhek yaitu sekitar era tahun 1940-an, beliau sangat mahir dan fasih dalam urusan besaer sehingga beliau berkeinginan untuk menuangkan isi Syaer tersebut kedalam sebuah dramam kemudian beliau mengumpulkan sanak sanak saudara serta sahabat-sahabatnya untuk menyampaikan ide tersebut dan kemudian ide beliau disambut dengan antusias oleh mereka. Kemudian Tok Juhek bersama dengan saudaranya melatih para pemain sehingga jadilah kesenian drama ini, pada awalnya pemainnya mencapai 60 orang dan cerita yang pertama kali dibawakan yaitu cerita Abdul Mulok sehingga melekatlah nama tersebut sampai dengan saat ini.
Pada perkembangan selanjutnya dul Mulok dikembangkan ke Desa Parang Bulo yang dibawah oleh anak dari Tok Juhek yaitu Kek Lang sementara di Kembiri Dul Mulok dikembangkan oleh Kek Narek yang merupakan anak dari Tok Juhek juga dan secara tuurun temurun kesenian ini terus dilestarikan oelh anak cucu Tok Juhek, Sekarang ini Dul Mulok dipimpin oleh Pak Sar'ie yang dibantu oleh adiknya yaitu Ramdani sebagai sutradara.
Museum Pemkab Belitung
Lokasi beralamat jalan Melati Tanjungpandan. Museum ini semula bernama
Museum Geologi khusus menyimpan berbagai jenis bebatuan serta
maket-maket yang menggambarkan sejarah perjalanan eksplorasi penambangan
timah baik yang dikerjakan secara tradisional sampai menggunakan
perangkat modern. Semuanya masih tersimpan dengan rapi. Museum ini
dibangun atas prakarsa DR.Osberger seorang ahli geolagi berkebangsaan
Austria tahun 1962 pada saat itu beliau masih bertugas di Unit
Penambangan Timah Belitung.
Dalam perkembangannya kemudian difungsikan juga sebagai tempat penyimpanan benda-benda bersejarah peninggalan kerajaan-kerajaan yang pernah berdiri di Pulau Belitung, yaitu berupa senjata parang, keris, tembikar, perabot rumah tangga dan benda antik lainnya.
Dalam perkembangannya kemudian difungsikan juga sebagai tempat penyimpanan benda-benda bersejarah peninggalan kerajaan-kerajaan yang pernah berdiri di Pulau Belitung, yaitu berupa senjata parang, keris, tembikar, perabot rumah tangga dan benda antik lainnya.
Nirok Nanggok
Merupakan acara penangkapan ikan secara masal yang masih dilaksanakan
oleh masyarakat Desa Kembiri di bagian Selatan Pulau Belitung. Acara ini
hanya diadakan pada musim kemarau panjang antara bulan September s.d
Oktober. Alat yang digunakan berupa "Tirok dan Tanggok"
Tirok : Sebuah tongkat kayu yang dibagian pangkalnya dipasang mata tombak tanpa penyangga (ruit) terbuat dari Besi.
Tanggok : Sebuah wadah terbuat dari rotan yang dijalin, digunakan untuk menanggok (menangkap) ikan.
Ritual ini merupakan wujud kearifan lokal dalam melestarikan ekosistem sungai karena penangkapan ikan dilakukan di sungai yang telah ditentukan dan diatur oleh dukun air.
Begubang
Begubang adalah kesenian khas Belitung biasanya ditampilkan dalam sebuah upacara perkawinan atau syukuran dengan 2 atau 3 orang pemain, sambil memukul gendang melantunkan pantun nasehat yang saling berkaitan satu sama lainnya, sedangkan para pelaku menari-nari dengan menggunakan sehelai selendang di depan para pemain dan hadirin. Tarian berakhir ketika sang lawan penari memasukkan uang logam (gubang) ke dalam bukor yang telah disediakan. Alat musik yang digunakan dalam pertunjukan ini berupa gendang dan piul (biola).
Tirok : Sebuah tongkat kayu yang dibagian pangkalnya dipasang mata tombak tanpa penyangga (ruit) terbuat dari Besi.
Tanggok : Sebuah wadah terbuat dari rotan yang dijalin, digunakan untuk menanggok (menangkap) ikan.
Ritual ini merupakan wujud kearifan lokal dalam melestarikan ekosistem sungai karena penangkapan ikan dilakukan di sungai yang telah ditentukan dan diatur oleh dukun air.
Begubang
Begubang adalah kesenian khas Belitung biasanya ditampilkan dalam sebuah upacara perkawinan atau syukuran dengan 2 atau 3 orang pemain, sambil memukul gendang melantunkan pantun nasehat yang saling berkaitan satu sama lainnya, sedangkan para pelaku menari-nari dengan menggunakan sehelai selendang di depan para pemain dan hadirin. Tarian berakhir ketika sang lawan penari memasukkan uang logam (gubang) ke dalam bukor yang telah disediakan. Alat musik yang digunakan dalam pertunjukan ini berupa gendang dan piul (biola).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar